Rasanya tiada jalan yang tertutup
untuk sebuah kemauan. Begitu pula dengan hal yang satu ini. Lagi – lagi mimpi
kecil saya terwujud satu persatu, kali ini Mapanza yang mewujudkannya. Sebuah
mimpi kecil untuk berbagi dengan anak – anak yang kurang beruntung di daerah
Ambengan Surabaya, mereka tinggal di pinggiran rel yang sudah mati. Melihat
daerah tempat tinggal mereka, saya terdiam dan berfikir bahwa sebuah hal yang
tepat kami datang kemari.
Kegiatan Penyuluhan Anak Jalanan ini
adalah proker dari divisi penyuluhan yang paling saya tunggu. Salah satu proker
yang membuat saya tertarik di dalam organisasi ini. Acara hari minggu kemarin
(18/05) membuat saya mengukuhkan hati bahwa ini adalah benar – benar hal yang
sangat saya tunggu. Hati saya bahagia campur terharu dan campur macem – macem.
Sebelumnya saya sempat shock karena tempat yang diberikan pada kami sangatlah
kecil dan jumlah anak – anak membludak dari 35 orang menjadi 70-an anak. Sudah pasti
kami kesulitan untuk menenangkan anak – anak yang begitu banyak dan kebanyakan tingkahnya, apalagi saat kami memberikan makanan maka seketika itu juga makanan
itu habis diperebutkan oleh mereka. Sebuah hal yang sangat melelahkan.
Ada hal yang membuat saya terharu
dan hampir menitihkan air mata, ada salah seorang anak datang dan duduk di
sebelah saya saat disela – sela acara. Dia mengajak saya berkenalan dan kami
sempat mengobrol menegenai kehidupannya. Wajah kecil itu bernama Sekar Arum,
dia bercerita pada saya bahwa seharusnya sekarang duduk di bangku kelas 2 SD
tapi karena tidak naik kelas akhirnya dia masih duduk dibangku kelas 1 SD.
Ketika saya tanya alasan mengapa tidak naik kelas beginilah jawabannya “aku
nggak pernah punya waktu belajar kak soalnya bantu ibu jualan koran”. Dia juga
menyebutkan tempat dimana ia dan ibunya berjualan tapi saya lupa karena saya
juga tidak tau daerah itu. Dia juga bercerita bahwa ayahnya bekerja sebagai
tukang becak. Saya terdiam dan bingung harus mengatakan apa, akhirnya saya
hanya bisa berpesan, apapun kondisinya jangan pernah berhenti belajar, saya tau
kamu anak pintar, buat ibu sama bapakmu bangga ya sayang.
Ada lagi saat saya memberikan materi
penyuluhan pada mereka, namanya anak – anak minoritas mereka hidup dalam
pendidikan moral yang ala kadarnya. Saat itu kebetulan anak – anak yang berada
di kelompok saya perempuan semua. Namun, jangan dibayangkan bahwa mereka adalah
anak – anak yang pendiam dan penurut. Mereka sangat hiperaktif, bukan
hiperaktif tingkah lakunya tapi hiperaktif ucapannya. Kata – kata kasar tak
pernah jauh dari bibir mereka, itu yang membuat saya berfikir keras bagaimana
caranya memasukkan materi tentang sopan santun kedalam materi kenakalan remaja
yang sudah saya persiapkan. Lepas dari itu, mereka tetap anak – anak Indonesia
yang memiliki mimpi besar untuk tetap bersekolah sampai jenjang yang paling
tinggi. Saat saya tanya cita – cita mereka kebanyakan ingin menjadi Guru dan
Polisi namun, lingkungan telah membuat mereka mengerti persoalan yang dihadapi
keluarga mereka. Saat itu juga mereka mengatakan “gak isok sekolah dukur mbak,
gak duwe duit”. Ya, itu memang persoalan klasik yang dialami Indonesia, namun
saya tak lantas diam saja, saya mencoba memberi motivasi pada mereka bahwa
mereka tetap bisa bersekolah dengan beasiswa dari pemerintah dengan syarat
belajar yang tekun dan berprestasi tidak lupa menjaga sopan santun pada oaring
tua dan orang lain.
Lepas dari segala perasaan yang
campur aduk itu, saya merasa bahagia saat ada salah satu anak yang sudah saya
beri materi, ketika saya pulang dia mengatakan “terimakasih ya mbak sudah
ngajari kita”. Kata – kata sederhana itu membuat saya berfikir bahwa apa yang
saya ucapkan tidak masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Ada lagi yang
membuat saya bahagia, saat saya dan teman – teman mapanza bisa menghibur mereka
dan membuat mereka tertawa dengan drama yang kami tampilkan. Bahkan mereka
sampai memanggil saya bunda seperti peran yang saya mainkan didalam drama.
Hal ini takkan pernah terlupakan
oleh saya, berharap kita semua dapat berjumpa lagi di lain kesempatan. Atau
suatu saat nanti jika mereka telah meraih segala cita – cita mereka. Indonesia
memiliki asset yang luar biasa sebagai generasi penarus Bangsa ini. J