Easter Dress

Jumat, 26 Desember 2014

Ketika Tawa Mereka adalah Harapan Kami

Barakallah akhirnya saya kembali dengan janji saya, akhirnya dapat berjumpa dengan farewell fkp mengajar dan yang menjadi penutup dari kegiatan depsos di akhir tahun yaitu bakti sosial.
Setelah berbulan – bulan mengabdikan diri untuk anak – anak negri asuhan dari rumah pintar matahari di daerah jembatan merah, kini usai sudah serangkairan belajar mengajar serta bermain dengan anak – anak yang begitu luar biasa ini.  Lelah, emosi, canda dan tawa bersama mereka takkan terlupakan dan akan menjadi pengalaman berharga untuk saya kedepan. Ketika mereka jauh dari perhatian pemerintah, sungguh masih banyak yang peduli dengan nasib mereka, salah satunya kami keluarga Departemen Sosial BEM Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang bergerak dalam bidang sosial dimana salah satu program kerja kami adalah FKp Mengajar. Saya akui apa yang kami lakukan begitu sederhana, memang tak mampu merubah seketika kondisi anak – anak disana, tak mampu mewujudkan cita – cita mereka seketika, tak mampu merubah sifat buruk mereka dalam sekejap. Namun, saya yakin sekecil apapun itu pasti ada yang melekat dalam diri mereka. Begitupun sang pemilik kehidupan, Dia menghargai sekecil apapun usaha yang dilakukan hamba-Nya. Satu hal yang saya yakini sejak dulu, tiada jalan yang tertutup untuk sebuah kebaikan.
Kami hanyalah salah satu komunitas yang peduli, saya yakin di luar sana masih banyak komunitas – komunitas lain yang melakukan kegiatan seperti kami. Meski mereka adalah anak – anak yang kurang beruntung dalam kehidupannya namun mereka juga layak untuk bermimpi. Bercita – cita sesuai dengan hati nurani mereka, membanggakan dan membahagiakan orang tua mereka. Mereka juga memiliki semangat yang sama seperti anak – anak sesuai dengan usia mereka. Meskipun terkadang tak dapat dipungkiri perilaku mereka tak seperti anak – anak yang beruntung mendapat hidup serba berkecukupan. Kenakalan mereka mungkin dapat dianggap wajar karena lingkungan yang membesarkan mereka memang begitu keras. Namun, itulah tugas kita, tugas untuk mendidik mereka. Mereka membutuhkan orang – orang seperti kita.
Meski demikian, terkadang wajah teduh anak – anak itu seperti tak menampakkan segala kesulitan hidup mereka. Mungkin saja mereka tak mengerti betapa kerasnya kehidupan mereka dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya. Mereka menikmati hari – harinya dengan tawa, dunia mereka adalah bermain. Hidup mereka adalah bermain atau mungkin beberapa dari mereka ada yang merasa iri dengan anak – anak lain yang lebih beruntung, namun mereka hanya diam dan terus melanjutkan hidup mengikuti arus waktu yang menyeret mereka.
Mereka adalah anak – anak hebat dan luar biasa, mereka hanya memerlukan pendidikan yang layak, bukan hanya pendidikan formal matematika, IPA ataupun IPS namun mereka juga perlu mendapat pendidikan moral agama dan psikologis yang jauh lebih penting untuk kehidupan mereka kelak.
Berbulan – bulan kami mengajar di tempat ini dengan berbagai pelajaran yang telah kami berikan pada mereka. Di akhir kegiatan kami, agenda kami adalah bermain, berbagi hadiah, berbincang tentang cita – cita dan yang paling penting evaluasi dari kegiatan kami adalah pemilihan perawat cilik yang diberikan kepada anak yang menurut kami paling baik ketika proses belajar mengajar.
Itulah keseruan kami dalam penutupan FKp Mengajar tahun 2014 ini. Meski lelah dengan pengabdian ini namun melihat anak – anak tertawa bahagia bersama kami cukup menjadi penghilang penat saat mempersiapkan segala kegiatan ini.
Dari FKp Mengajar lanjut ke kegiatan penutup kami yaitu Bakti Sosial. Kali ini kami memilih lokasi di Kampung 1001 Malam. Sebuah kampung dibawah Tol Dupak – Perak. Jika dilihat dari lokasinya memang layak kami melakukan Bakti Sosial di tempat ini. Untuk sejarah dan kisah kampung ini mungkin bisa dilihat dalam berita berikut ini. http://m.ayogitabisa.com/berita-gita/nasib-anak-anak-pemulung-dan-pengemis-di-kampung-1001-malam.html  atau http://beritasurabaya.net/index_sub.php?category=2&id=8242
Meski banyak rintangan untuk mencapai tempat ini, mulai dari perijinan yang begitu sulit, tempat yang jauh serta akses yang sulit kami tetap bersemangat untuk tetap memilih tempat ini sebagai lokasi Bakti Sosial kami. Tempat ini dapat diakses melalui tiga jalur. Pertama, dengan naik perahu menyeberangi sungai yang super duper kotor, airnya yang hitam, sampah dimana – mana dan bau yang menyengat. Kedua, kami dapat melewati sebuah pasar dan berujung gang sempit menuju kampung tersebut. Kedua jalur tersebut memaksa kami untuk melewati lorong tol untuk sampai di tempat kami mengadakan acara. Kamipun harus merunduk ketika melewati jalur ini, sudah pasti sulit untuk membawa barang – barang kami yang begitu banyak. Akhirnya, kami menggunakan akses ketiga, berhenti di jalan tol untuk menurunkan barang – barang dan rombongan kami yang tidak sedikit. Tapi jangan dikira kami melanggar rambu – rambu untuk tidak berhenti di jalan tol. Kami sudah bekerjasama dengan pihak jasamarga untuk menurunkan barang – barang di jalan tol.
Segala perjuangan itupun terbayarkan karena acara yang kami adakan berjalan lancar sesuai dengan rencana. Tak ada suatu masalah yang berarti yang kami hadapi disana. Warga kampung 1001 Malam begitu ramah menyambut kehadiran kami di tengah – tengah mereka. Acara yang melibatkan setiap angkatan di fakultas kami berjalan cukup meriah. Berikut  rangkaian acara kami.
Pertama, pemeriksaan kesehatan bagi lansia serta penyuluhan mengenai hipertensi , acara ini dipegang oleh angkatan 2012 dimana pemeriksaan kesehatan berupa cek Tekanan Darah, Gula Darah dan Asam Urat serta konsultasi gratis dengan pemberi konsultasi dari angkatan S2 Fakultas kami, begitupula dengan penyuluhan Hipertensi dengan pemateri juga dari S2.
Kedua, acara kami yaitu pemilihan balita sehat dan penyuluhan mengenai Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Acara ini dipegang oleh angkatan saya sendiri yaitu angkatan 2013 dengan pemberi materi dari S2. Acara ini berlangsung lancar hingga terpilih 5 balita sehat dengan juri dari mahasiswa S2, ketua BEM Fakultas Keperawatan dan perwakilan angkatan 2013 dengan berbagai kriteria penilaian.
Ketiga, yang tak kalah menarik yaitu penyuluhan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diberikan kepada anak – anak usia SD. Anak – anak terlihat begitu antusias dengan kehadiran kami disana, mungkin karena mereka jarang mendapati hal demikian. Acara PHBS ini dipegang oleh angkatan 2011 dengan pemberi materi dari angkatan mereka sendiri karena dinilai sudah cukup menguasai materi tersebut sebab mereka telah memasuki semester – semester akhir.
Menginjak acara yang terakhir sekaligus menjadi acara penutup dari serngkaian acara Bakti Ners di kampoeng Negri ini, yaitu pembagian sembako gratis. Sebelumnya kami telah membagikan kupon sembako kepada warga dengan dibantu ibu Lamijan selaku salah satu pengurus di Kampung ini. Acara berjalan dengan tertib sesuai dengan harapan.
Sedikit tambahan mengenai kampung ini. Meskipun tempatnya demikian, kampung ini telah berhasil menghasilkan karya sulam yang berhasil di ekspor sampai ke luar Negri. Menurut cerita dari Ibu Lamijan, dulu mereka dibina oleh istri rektor salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Surabaya. Dulu kampung ini memiliki banyak kader namun perlahan semua berkurang dengan sendirinya karena ketidaktelatenan warga. Menurut pengakuan Bu Lamijan, hanya tinggal beberapa saja warga yang bertahan membuat sulam rajut ini, mereka memasarkan hasil kerajinannya melalui internet yang telah diajarkan oleh Istri Rektor tersebut. Bu Lamijan sempat menuturkan, beberapa waktu lalu dipanggil oleh Lurah Krembangan mengenai karya dari warga kampung 1001 Malam (Kampung Tegal) tersebut. Menurut ceritanya, Lurah Krembangan tersebut baru tahu jika ada karya dari warganya yang telah dipasarkan secara international. Lebih mirisnya lagi, Ibu Lamijan juga mengutarakan pada kami yang waktu itu tengah berkunjung ke rumahnya, bahwa Ibu Walikota Surabaya sendiri tidak pernah tahu menahu mengenai kampung ini bahkan karya mereka juga tak pernah terdengar oleh Ibu Walikota. Sebelumnya kami juga sempat meminta sponsorship kepada pihak walikota mengenai acara ini namun sayang tidak ada respon positif dari pihak Walikota. Semoga setelah ini, Pemerintah semakin memperhatikan nasib rakyatnya yang seperti ini.
Itulah serangkaian kegiatan penutup dari Departemen Sosial BEM FKp yang amat saya sayangi yang telah memberikan saya tempat untuk mewujudkan sedikit demi sedikit mimpi kecil saya. Terimakasih untuk keluargaku DEPSOS 2014. I love you so much. Semoga tahun depan dapat lebih baik lagi, teruslah berbagi untuk Negri dan teruslah menjadi keluarga hebat untuk BEM di tahun – tahun mendatang. “We Love, We Share, We Care”.

Galery FKp Mengajar




peraih gelar perawat cilik











Galery Bakti Sosial 
Lokasi Baksos