Apakah anak unair pasti mendapat "golden ticket" untuk bekerja di RS unair?
Jawabannya tentu tidak. Jangan dikira demikian karena tidak ada kerjasama antara FKp unair dan RS unair jadi semua murni seleksi. Jadi ketika tidak memenuhi kualifikasi ya tetap tidak bisa hal ini dibuktikan dengan tidak semua teman teman FKp unair yg mendaftar selalu lolos seleksi dan diterima bekerja.
Berbeda dengan teman teman yg kuliah di FIK UI karena kampus memiliki kerjasama dengan beberapa RS seperti RSCM dan Fatmawati (ada satu lagi saya lupa) dan semua itu berdasarkan sistem ranking. Jadi yg memiliki urutan ranking 1-30 berkesempatan bekerja di 3 RS tersebut tanpa tes alias mendapat "golden ticket" secara cuma cuma sebagai reward atas pencapaian prestasi mereka saat kuliah (info ini saya dapatkan dari saudara saya yg kuliah di FIK UI jd insyaAllah valid hehe).
Jika berbicara prioritas apakah anak FKp selalu di prioritaskan?. Kalau itu saya juga kurang tau karena tidak ikut menyeleksi hehe, yang saya tau sepanjang saya mendaftar di RS unair saya mengikuti beberapa tes secara bertahap dan tidak serta merta lolos begitu saja.
Apakah kalau bukan anak unair bisa kerja disana?.
Tentu saja bisa, banyak kok yg bukan anak unair bekerja di RS unair. Menurut saya sistem tesnya cukup objektif, sepanjang yg saya tau. Jadi teman teman dari luar unair jangan underestimate terlebih dahulu sebelum mencoba ya.
Mengapa saya memilih bekerja di RS unair ?
Dulu waktu pertama kali lulus kuliah, selesai ambil sumpah sayapun sama seperti kebanyakan, hasrat seorang fresh graduate yaitu ingin cepat cepat kerja, apalagi dalam profesi keperawatan tidak semudah itu bekerja menjadi seorang klinisi karena syarat mutlak menjadi seorang klinisi adalah memiliki STR (surat tanda registrasi) nah untuk mendapatkan itu, kami harus melalui tes ukni/ ukom (uji kompetensi nasional) semacam unasnya para perawat kalau ingin mendapat legalitas sebagai perawat, jadi ijazah aja gk cukup apalagi cuma SKL gk laku guys.
Nah untuk mendapat STR perlu waktu kurang lebih 6 bulan . Agustus lulus - oktober ukni - november pengumuman kelulusan ukni - desember dapat serkom (setifikat kompetensi dari kampus) dan baru bisa mulai mengurus STR - paling cepat januari/februari STR terbit. Mudah mudahan Allah mudahkan langkah kecil kita untuk berjuang.
Karena proses panjang itu, apa iya selama proses menunggu STR mau jadi pengangguran?. Kalau saya pribadi bukan soal takut diomongin orang karena sudah lulus sarjana dari kampus ternama tp kok gk kerja kerja, saya lumayan bodo amat dg omongan orang tp kalau saya sendiri lebih cenderung gk betah nganggur tanpa kerjaan berasa hidup ini tidak ada manfaatnya, belum lagi gk enak sama orang tua udah lulus kuliah masak masih mau bergantung sama orang tua terus.
Akhirnya opsi terakhirnya, apapun dikerjakan selama itu halal, jadi cenderung tidak pilih pilih kerja, pokoknya yg penting kerja. Pun dengan saya, setelah lulus saya memilih mengerjakan beberapa hal untuk mengisi waktu tunggu str seperti mengajar les privat dan menjadi enumerator penelitian.
Waktu itu saya memilih untuk tidak bergerilya memasukkan banyak lamaran kerja seperti teman teman lain karena sudah terlanjur underestimate kalau tidak punya STR pasti ditolak, ini juga karena pengalaman awal saya mengajukan lamaran dan langsung ditolak karena blm punya str.
Sampai beberapa bulan kemudian setelah saya selesai tes ukni dan tinggal menunggu pengumuman diajak teman untuk mulai memasukkan lamaran kerja lagi, sayapun mau, beberapa tempat saya masukkan lamaran dan alhamdulillah Allah rejekikan saya dipanggil di salah satu klinik. Bersamaan dengan itu saya kembali mendapat panggilan tes dan interview di salah satu RS. Pada saat itu saya belum punya str dan belum dinyatakan lulus UKNI.
Waktu itu dr pihak RS meminta saya untuk menunggu pengumuman ukni untuk melanjutnya ke seleksi selanjutnya, hanya pengumuman yg penting sudah lulus tak mengapa blm ada STR, Sementara dari pihak klinik qodarullah menerima saya bekerja walaupun blm lulus ukni dengan syarat kelulusan ukni dan STR dapat disusulkan. Awal bulan desember saya pertama kali mulai bekerja di klinik. MasyaAllah disaat teman teman lain masih dipusingkan mencari kerja Allah rejekikan saya bekerja lebih cepat beserta beberapa teman lain yg sudah mendapat kerja di tempat lain.
Saat itu semua syarat dari tempat kerja saya iyakan, karena dalam pikiran saya yg penting kerja dulu, diluar sana banyak yg sulit dapat kerja dan pihak klinik begitu baik karena saya diberi kesempatan bekerja meskipun belum mengantongi STR.
Tapi setelah menjalani beberapa bulan ada sesuatu yg menurut saya kurang pas. Saya resign karena ada alasan yg urgent dan ditambah ada rasa tidak nyaman dengan seragam yg saya kenakan yg menjadi pendukung saya untuk resign. Iya diawal saya sudah menyepakati aturan penggunaan seragam karena saking semangatnya mendapat kerja untuk pertama kali, tp ditengah bekerja ada yg membuat saya semakin tidak "srek" dengan pakaian yg saya kenakan.
Waktu itu tiba tiba terbersit dalam pikiran saya salah satu ayat Al Quran yang artinya "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" saya lupa didalam surat apa. Ayat itu sudah sering didengar sejak kecil tp entah mengapa saat ini ada rasa yg berbeda ketika mendengarnya.
Saya berpikir bahwa kalau tujuan hidup kita adalah beribadah mengapa setiap langkah kita tidak selalu mentaati aturannya, lalu ibadahnya disebelah mana?. Jika hakikat hidup adalah beribadah artinya setiap langkah kita seharusnya diniatkan untuk beribadah termasuk dalam bekerja yg artinya setiap gerak kita haruslah sesuai dengan aturannya.
Terbersit sedikit sesal dihati, mengapa Allah baru membuka hati saya untuk memahami ayat itu, kenapa gk dari dulu padahal usia sudah kepala 2.
Akhirnya saya mulai mencari kerja dengan salah satu kriterianya adalah bisa mengenakan seragam yg menutup aurat secara sempurna dan tidak curang artinya tidak mengambil hak orang lain dengan memaksa diterima dengan menempuh apapun jalannya. Waktu itu saya dibantu teman saya memilah RS yg seragamnya bisa mengenakan rok dan jilbab yg menutup dada serta jujur dalam proses rekrutmennya. Dengan sebaris doa semoga dalam sulitnya mencari kerja tidak lagi "mendiskon" kriteria ini.
Beberapa RS sudah masuk daftar list salah satunya RSUA. Sejak kuliah memang saya ingin bekerja RSUA karena pandangan saya ketika mahasiswa disana mengelola pasien dengan penuh tanggungjawab (dengan beberapa perbandingan pelayanan di RS lain), karena menurut saya bekerja adalah sebuah amanah yg harus dipertanggungjawabkan di hadapanNya.
Kebetulan di RSUA memenuhi kriteria seragam yg saya inginkan dan proses rekrutmen yg jujur. Akhirnya dari beberapa pilihan RS saya hanya memasukkan lamaran ke RSUA. Waktu itu ada kerisauan dihati ibu saya kalau hanya masukkan satu lamaran saja bagaimana jika tdk diterima. Saya hanya katakan ke ibu saya untuk tidak khawatir bahwa rizki itu sudah diatur sang pemiliknya, kalau gk diterima tinggal cari ditempat lain dan doa saya waktu itu, kalau memang dengan bekerja di tempat ini dapat membuat saya lebih dekat dengan Nya maka mudahkanlah.
Mengutip dalam buku "Awe Inspiring Us" bahwa rizki itu bukan sandal jepit yang bisa tertukar, seperti jodoh yang juga tidak bisa tertukah *eh 😅
Allah tidak akan mematikan kita jika belum memberikan seluruh hak kita didunia. Jadi tak perlu risau soal rizki karena semua telah ditetapkan dalam kitab lauhul mhfudz, tugas kita adalah ikhtiyar dengan jalan yang Allah Ridho.
Sampai saya menemui berbagai rintangan yg MasyaAllah begitu Allah memudahkan setiap langkah saya yg waktu itu tiba tiba sakit varicella (cacar air) yg tidak memungkinkan saya untuk kemana mana dan qodarullah saya mendapat panggilan di RSUA begitu saya sembuh dari sakit saya. Begitu pun Allah mudahkan dalam proses resign saya, pihak klinik yg sedari awal begitu baik kepada saya mengizinkan saya masuk di RSUA ditengah saya harus menyelesaikan sisa masa kerja saya dan memberi diskon jam kerja sesuai jam kerja saya di RSUA. MasyaAllah. Selama 2 minggu Allah mudahkan saya untuk menunaikan tanggungjawab bekerja saya di 2 tempat. Prinsip saya diawal saya diterima dengan baik maka ketika mengakhirinya pun harus dengan cara yg baik meskipun harus melewati 2 minggu saya dari pagi hingga malam untuk menunaikan tanggungjawab bekerja.
Sebenarnya, salah satu tujuan saya memilih menjadi seorang klinisi juga karena takut kehilangan keilmuan saya, tidak dapat dipungkiri bahwa perawat ilmunya adalah ilmu practice sehingga seringkali terjadi kesenjangan antara pendidikan dan praktik. Namanya praktik jika tidak terbiasapun juga akan lupa, keahlian ini juga hanya bisa didapat di klinik tidak bisa dipraktikkan di rumah. Ahli atau tidaknya bergantung pada jam terbang. Kata guru SMA saya dulu "Alah bisa karena biasa", jika tidak biasa maka konsekuensinya adalah lupa. Jadi mau menjadi klinisi atau berkelut dalam teori semua itu pilihan kita masing masing.
Pertanyaan yg seringkali muncul, enak gk kerja di RSUA? Bagaimana gajinya?
Sedikit sharing, menurut saya enak tidaknya bekerja tergantung persepsi kita masing-masing, kembali kepada tujuan bekerja kita. Kalau dibilang tuntutan tinggi menurut saya iya disana memang perawat dituntut banyak hal, melelahkan sudah pasti. Tapi yg selalu saya coba tanamkan dalam pikiran saya, dimanapun kita bekerja pasti akan ada tuntutannya meski dengan porsi yang berbeda. Saya pun manusia biasa yang tidak jauh dari mengeluh, tapi Allah sudah siapkan istighfar dalam setiap keluh. Jalani semampu kita menjalani, kembali kepada tujuan bahwa setiap langkah adalah amanah. Agar lelah menjadi lillah harus disertai dengan banyak bersyukur meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu cukup berat. Cukuplah Allah sebagai tempat bersandar.
Dimanapun kita bekerja pasti akan ada pasang surutnya, enak tidaknya. Salah satu enaknya di RSUA ini memberikan libur yang cukup banyak, dulu sebulan bisa sampai 13-14 hari libur meskipun saat ini telah ada pemangkasan libur 10-12 hari saja dalam satu bulan dengan pengaturan jadwal yang menurut saya cukup fleksibel. Tapi semua itu juga bergantung dari masing masing unit yang ditempati.
Selain itu, menurut saya enak tidaknya bekerja juga bergantung pada lingkungannya. Sejauh ini saya merasakan lingkungan yang cukup nyaman disini.
Lalu untuk gaji bagaimana?
Saya tidak bilang gaji disini banyak tapi juga tidak sedikit, ya cukuplah menurut saya. Nah kriteria cukup setiap orang pun berbeda beda karena kebutuhan setiap orang juga berbeda.
Apakah saya tidak pernah mengeluhkan soal gaji?
Seperti yg saya katakan sebelumnya, saya pun manusia biasa yang masih banyak keluhnya, kurang rasa syukurnya. Tapi tetap harus kembali ke tujuan, kriteria bekerja. Memberi manfaat sebanyak banyaknya, memandang gaji keatas tidak akan pernah cukup bagi kita, maka satu satunya cara dengan perbanyak rasa syukur dan amanah dalam bekerja, menjadikan bekerja bagian dari ibadah yang semata mata mengharap RidhoNya.
Gaji banyak tapi tidak membawa kita dalam taat, lalu dimana tujuan hidup kita untuk beribadah?. Kecuali Allah beri kemurahan rizki dengan tetap membawa kita dalam taat, sesuatu yang tidak bisa ditolak hehe.
Nah, untuk memilih pekerjaan tentunya kita memiliki kriteria tempat mana yg cocok untuk kita. Salah satu diantaranya adalah gaji. Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan orang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya salah satunya melalui gaji. Tapi perlu diingat itu adalah "salah satu" kriteria bukan "satu-satunya" kriteria. Tidak perlu terlalu tergesa gesa dalam menerima pekerjaan jika memang tidak sesuai dengan kriteria sebab kita tidak bisa seenaknya keluar masuk bekerja. Pahami segala aturannya, mampukah kita mengikuti aturan tersebut Setidaknya kita berpikir tentang bagaimana menyelesaikan kontrak dengan baik. Belajar dari pengalaman pertama saya bekerja yg akhirnya harus resign meski belum menyelesaikan masa kontrak.
Yang perlu disyukuri dari menjadi seorang perawat adalah kita ini dikelilingi banyak malaikat, pekerjaan ini adalah perpanjangan dari "tangan" Allah. Jika dengan menjenguk orang sakit aja mendapat pahala yang berlipat ganda dan mendapat doa dari malaikat apalagi yang merawatnya. MasyaAllah.
Setiap langkah kita adalah adalah amanah dari pemilikNya. Semoga setiap langkah kecil ini adalah langkah yang semata mata untuk meraih RidhoNya.
Sebaik baik manusia adalah manusia yg bermanfaat bagi manusia lainnya.
Kata Buya Hamka "Kalau sekedar hidup babi hutan juga hidup, kalau sekedar bekerja kera juga bekerja".
Jika yg kita kejar hanya dunia maka lelah bekerja tak kan ada artinya, materi yg kita dapatkan tidak akan pernah cukup sebab semakin tinggi penghasilan seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhannya.
Kalau kata Dewi Nur Aisyah dalam bukunya "Awe Inspiring Us" buatlah setiap langkah dalam hidup kita untuk menebar sebanyak banyak kebermanfaatan dan setiap jalan yg kita pilih adalah jalan yang berada dalam RidhoNya.
Wallahua'lam
Terimakasih sudah membaca tulisan panjang ini. Semoga bermanfaat.
Mohon maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini. Kritik dan saran diterima 🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar