Bertemu
lagi dengan liburan hari ke dua, kali ini agenda kami adalah ke Kota Apel yaitu
Kota Malang yang memang sudah terkenal dengan eksotika tempat wisata dengan
berbagai macam penawaran wisata yang dijamin nggak akan bikin bosen kalau datang kesana dan selalu ingin lagi
dan lagi kesana, karena rasanya nggak
habis – habis wisata yang bisa dikunjingi disana. Kali ini agenda kami adalah
ke Museum Angkut. Sayangnya yang ikut ke Malang hanya berempat, Saya, Aldini,
Putri (Hana) dan Sita karena yang lain memiliki agendanya masing – masing.
Dari rumah Saya di Sidoarjo kami
naik kereta penataran, harga tiketnya hanya Rp. 5.500,- saja. Sekedar informasi
kami berempat ke Malang dengan bonek alias bondo nekat. Bagaimana tidak nekat,
dari kami tidak ada yang tau jalan menuju tempat wisata yang akan kami tuju.
Awalnya kami berencana ke Museum Angkut dan Selecta. Kami browsing angkutan
umum dari stasiun Kota Baru Malang ke dua tempat tersebut. Hingga pada
akhirnya, kami cukup beruntung bertemu dengan seorang mahasiswa Universitas
Brawijaya dan mau berbagi pengetahuan tentang transportasi yang dapat kami
gunakan ke dua tempat tersebut. Dari informasi kakak tadi kami akhirnya menyewa
sepeda motor yang kontaknya kami dapatkan dari internet.
Dari stasiun Kota Baru Malang kami
naik angkot ADL ke tempat penyewaan sepeda motor yang sudah diberitahu
alamatnya oleh pemilik rental. Naik angkot ke tempat rental biayanya Rp.
4.000,- / orang. Kamipun sampai ke tempat rental sepeda motor. Dari jalan raya
kami masuk gang kurang lebih 100 meter untuk dapat sampai ke tempat rental.
Harga penyewaan sepeda motor untuk mahasiswa luar Malang sebenarnya kisaran Rp.
60.000,-/ sepeda motor. Namun karena kami menyewa dari siang hingga sore hari
alias setengah hari kami mendapat sepeda motor yang harga sebenarnya Rp.
70.000,- kami mendapat harga Rp. 50.000,-/ sepeda motor. Kami menyewa 2 sepeda
motor untuk 4 orang dengan batas waktu hingga pukul 18.00 wib hanya dengan
meninggalkan 2 KTP dan 2 KTM. Dengan petunjuk dari pemilik rental kamipun
sampai di Museum Angkut karena jalannya cukup mudah. Dari tempat rental ke
museum angkut membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Enaknya jalanan di Malang
bebas macet.
Yeeey akhirnya sampai juga di Museum
Angkut. Baru sampai depannya saja kami sudah dimanjakan dengan desain budaya
Indonesia yang ditengah – tengahnya didesain seperti sungai dan dikelilingi
berbagai Kota di Indonesia. Sebelum masuk Museum kami menyempatkan diri intuk
ishoma terlebih dahulu. Karena dikejar waktu kami segera masuk ke Museum. Tiket
masuk Museum ini Rp. 50.000,- / orang. Jika ingin satu paket dengan museum
D’topeng cukup menambah Rp.10.000,- saja. Sayangnya disini kamera tidak gratis.
Dikenakan biaya Rp 30.000,-/ kamera jika ingin membawanya masuk.
Namun segala kelelahan dan perjuangan kami untuk sampai ditempat inipun terbayar sudah dengan isi Museum Angkut yang menrut saya sangat tidak mengecewakan. Di dalam museum terdapat berbagai kendaraan mulai dari sepeda ontel hingga mobil jaman dulu yang jarang kita temui saat ini, yang lebih menarik hati saya, masuk di Museum ini serasa keliling Dunia. Di dalamnya terdapat berbagai miniatur Kota mulai di Indonesia hingga Eropa. Luar biasa hingga kami lupa waktu, padahal rencana jam 3 sore sudah harus keluar dari tempat ini namun kami baru bisa menyelesaikan keliling Museum hingga jam 5 sore. Rencana kami ke Selectapun harus batal. Kamipun istirahat dan solat setelah lelah berkeliling Museum. Setelah itu, kamipun langsung kembali ke tempat penyewaan motor dan tepat waktu mengembalikan motornya.
Lanjut balik ke stasiun kami naik
angkot ADL seperti saat berangkat. Sampai depan stasiun kamipun beristirahat
solat dan melepas rasa lapar sambil menunggu kereta kami yang berangkat pukul 8
malam dan sampai di rumah di sidoarjo jam 10 malam. Cukup melelahkan namun
menambah pengalaman baru bagi kami.
Meski lelah, kami masih punya agenda
esok hari yaitu ke pulau garam Madura dan ke Museum House of Sampoerna.
Dari
rumah saya, kami harus berangkat jam 6 pagi. Kami sudah membuat janji bertemu
dengan teman – teman yang lain di depan gerbang tol Suramadu. Jembatan
terpanjang di Asia yang panjangnya saya tidak sempat mengukur hehe. . Oh iya,
anggota kami bertambah satu orang, namanya Nisa dia adalah saudara Magita dari
Palembang. Setelah berfoto di tepi pantai kamipun langsung berangkat ke
Bangkalan menyeberangi jembatan Suramadu. Untuk sepeda motor dikenakan biaya
tol Rp. 3.000,-/ sepeda motor. Sebenarnya tidak boleh berhenti di tengah
jembatan. Namun, kami juga ingin mengabadikan moment diatas jembatan ini. Teman – teman jangan ditiru ya hehe.
| jembatan suramadu dari dekat |
| mercusuar |
Dari jembatan kami menuju ke sebuah
mercusuar peninggalan Belanda perjalanan kami cukup jauh membutuhkan waktu sekitar
satu setengah jam, luar biasa lelahnya. Masuk ke tempat ini dikenakan biaya
masuk Rp. 2.000,-/ motor dan biaya kebersihan mercusuar Rp. 4.000,-/orang. Menara
ini memiliki 16 lantai. Kebayang kan
betapa lelahnya harus menaiki tangga 16 lantai yang tangganya juga cukup
menakutkan. Namun lelah kami terbayar dengan pemandangan luar biasa yang dapat
kami lihat dari puncak mercusuar. Kita dapat melihat eksotisme laut Madura dan
kapal – kapal yang sedang berlayar di lautan. Karena waktu kami terbatas, kami
harus kembali saat pukul setengah sebelas tiba karena kami harus sampai di Museum
House of Sampurna pukul 12.00 wib jika ingin menikmati bus SHT. Kamipun kembali
ke Surabaya dengan menaiki veri agar memiliki sensasi yang berbeda dengan saat
berangkat, selain itu juga karena lebih cepat jadi kami lebih menghemat waktu. Naik
veri dikenakan biaya Rp. 7.000,-/ sepeda motor dan Rp. 5.000,- untuk
penumpangnya.
Kamipun sampai di Surabaya. Bus SHT
kami berangkat pukul 13.00 wib jadi kami masih memiliki waktu untuk solat
terlebih dahulu. Dengan SHT kita bisa keliling Surabaya dengan rute yang telah
ditentukan pihak pengelola kami juga memiliki tour guide yang menjelaskan
setiap jalan yang kami lewati. Kami memiliki waktu satu jam untuk berkeliling. Kali ini kami mengunjungi
salah satu klenteng tertua di Surabaya yang saya lupa namanya dan Museum Bank Mandiri,
kami ditemani salah satu turis asing asal jerman yang namanya saya lupa karena
sulit diucapkan hehe. Ternyata Surabaya memiliki sejarah yang luar biasa dan
dihuni oleh beberapa etnis mulai dari Jawa, Jepang, Belanda, Cina dan Arab.
Selama ini saya sering menyusuri jalan ini namun tidak pernah tau sejarah KotaTua
ini. Pengetahuan luar biasa tentang kota tempat saya menuntut ilmu ini.
Selesai dari Museum House of Sampoerna
kami mengisi perut di salah satu tempat goregan namanya goreng girang. Disana
menjual pisang goreng dengan toping beraneka ragam membuat pisang goreng naik
kasta dan tempat ini juga sudah terkenal bahkan sampai diliput oleh salah satu
stasiun TV Nasional. Harganya cukup sebanding dengan rasanya Rp. 10.000,- dan Rp.
15.000,-/ porsi isi 6 pisang goreng bisa memilih dengan berbagai rasa. Selesai
dari sini Surabaya diguyur hujan dan banjir, seperti inilah Surabaya. Kami
melanjutkan perjalanan ke Masjid Nuruzzaman Unair untuk menunaikan Solat Ashar.
Hujan membuat malas untuk melanjutkan perjalanan namun kami menyempatkan diri
ke belakang Monument Kapal Selam untuk sekedar berfoto dengan Icont Surabaya
yaitu patung ikan dan buaya.
Go Surabaya Kota Pahlawan, Kota yang
menyimpan banyak sekali sejarahnya. Dan kini sudah menjadi kota metropolitan,
semoga Surabaya kedepannya lebih luar biasa lagi dalam tata ruang kotanya dan
tidak pernah melupakan sejarahnya. Sampai jumpa liburan berikutnya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar