Easter Dress

Jumat, 30 Oktober 2015

sumber gambar : www.google.com

KU TAHU MEREKA RINDU
Oleh : Dewi Permata
Ku tahu mereka rindu
Menyatu dalam tawa
Menangis dalam haru
Bercengkerama dilangit senja

Ku tahu mereka hanya merindu
Dalam protes kecil saat jumpa
Meminta sejenak detikku untuknya
Untuk sekedar melantun suara bersama

Ku tahu mereka begitu rindu
Dalam amarah yang terbawa
Dalam tawa yang sedikit terlupa
Dalam hati yang membawa rasa

Ku tahu mereka rindu
Ku tahu mereka hanya merindu
Ku tahu mereka begitu rindu
Untuk memeluk hangat sang waktu


Sidoarjo, 30/10/15

Sabtu, 22 Agustus 2015

Rindu



sumber gambar : www.google.com


Kau adalah orang yang penuh kasih
Ikhlas mengajari setiap langkahku
Tetap berjuang meski harus tertatih
Sungguh aku sangat mengagumimu

Kau pelindung saat rasa takut hadir
Kau pelindung saat gundah melanda
Entah, kau bagai peri cantik untukku
Sungguh aku sangat menyayangimu

Ketika setiap kebaikan sulit diungkap
Begitu juga dengan  cinta yang besar
Rasa kasih yang seolah tanpa celah
Menerima dan mendengar tanpa cela

Sungguh kau orang yang selalu ku rindu
Rindu kehadiran dan kenangan indah
Rindu senyum, salam dan kehangatan
Rindu segalanya yang membuat indah

Sayang, mungkin kau kecewa padaku
Pada adikmu yang tak sesuai inginmu
Hingga segala rasa  menjadi angin lalu
Dan tak peduli dengan sulitnya aku

Menyakitkan memang
Menyedihkan memang
Kecewa sudah tentu
Hanya tangis dalam hatiku

Mengapa kau lakukan itu?
Hormatku tak luntur setitikpun
Mengapa kau hapus kasihmu?
Sayangku tak pudar sedikitpun

Inilah nila dalam susu
Merusak segala – galanya
Semua yang terjalin baik
Harus terputus begitu saja

Aku rindu cintamu
Aku rindu kasihmu
Rindu semua tentangmu
Tentangmu yang dulu

Kamis, 02 April 2015

Aku Rindu


Tuhan, Aku rindu…
Rindu berlinang air mata diatas sajadahMu
Aku rindu menengadahkan tanganku padaMu
Membasahi penutup auratku dengan tangisku

Tuhan, Maafkan aku…
Maafkan segala keluh dan juga kesahku padaMu
Ampuni setiap dosaku  yang tak pernah usai
Bertambah dan terus bertambah setiap waktunya

Tuhan aku merindukanmu dalam baris doaku
Aku mengerti, aku tak pernah setia padaMu
Aku hanya hadir saat aku membutuhkanMu
Lalu imanku lumpuh saat kau kabulkan inginku

Aku datang saat aku memiliki hajat besar dihidupku
Aku bermohon padaMu saat masalah datang menimpaku

Tuhan, Aku rindu padaMu
Tuhan , Maafkanlah hambaMu
Tuhan, Peluklah aku dalam kasihMu
Tuhan, Tuntunlah aku hidupku.


Minggu, 15 Februari 2015

keluarga inspirasiku

Dan setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Setiap awal pasti akan ada akhir, semua akan sampai pada masanya. Meski demikian hanya nama saja yang berakhir masa aktifnya tapi tidak untuk cinta dan keluarga, semua tak akan pernah lekang meski waktu telah menyampaikan batasnya. Semua akan berubah menjadi sebuah cerita dan sejarah di masa lalu yang mampu untuk dikenang sampai kapanpun.
Mereka adalah orang – orang luar biasa, member warna dalam satu tahun yang lalu. Ada suka duka canda dan tawa di rumah kecil kami. Saling memeluk dan menguatkan, saling mengingatkan saat lupa, ada yang meghapus air mata ketika ia jatuh berlinangan, bersedia mendengar meski letih sudah menjalar. Saling memaafkan dan menutupi kekurangan.
Kami yang pertama layaknya orang asing yang dikumpulkan dalam rumah kedamaian hingga waktu membawa kami menjadi sebuah keluarga. Saling memperkenalkan tentang apa yang belum pernah diketahui, belajar tentang loyalitas, kesetiaan dan keikhlasan. Bahagia ditengah mereka orang – orang yang luar biasa penuh inspirasi. Berjuang meski banyak waktu terkorbankan, tepukan tangan riuh untuk hasil sebuah perjuangan. Tak hanya mengabdi didalam, suatu ketika kitapun perlu untuk merehatkan sejenak segala pikiran. Melepas lelah bersama menikmati seteguk keindahan kota Surabaya. Menulis kenangan dan mengumpulkan segala pengalaman yang menggelitik dan tak terlupakan.
Kini saatnya keluarga inspirasi ini berganti masa. Terimakasih kakak – kakakku yang sudah setia membimbing, berbagi ilmu, mengayomi dan menyayangi. Terimakasih rekan – rekanku, sahabat – sahabatku, saudara – saudaraku atas support dan kerjasamanya selama ini. Terimakasih keluargaku. Terimakasih untuk satu tahun yang telah kita lewati bersama, terimakasih untuk pembelajaran yang sangat berharga dan untuk kenangan yang luar biasa.

Terimakasih Keluarga Inspirasi BEM FKp 2014, terimakasih keluarga kecilku yang luar biasa Departemen Sosial 2014. Semoga kita tetap menjadi keluarga sampai kapanpun.
farewell BEM FKp 2014

keluarga sosialita

depsos tercinta

depsos 2014

keluarga inspirasi BEM FKp 2014

BEM 2014 
depsos tercinta :3

Sabtu, 07 Februari 2015

next trip :)

Welcome to my holiday. Saatnya saudaraku Putri dan Sita pulang ke Jogjakarta. Akupun tak melewatkan kesempatan ini. Aku turut bersama mereka ke Kota Gudeg Jogjakarta. Dari Sidoarjo kami naik kereta logawa turun di stasiun Lempuyangan Jogjakarta. Rencana awal sih mau ketemu temanku Carla yang sedang berlibur di rumah neneknya di Klaten Jawa Tengah. Kita mau jalan – jalan ke Candi Prambanan. Sudah dari SMP aku ingin mengunjungi Candi Legenda Roro Jonggrang itu. Entah apa yang memikat hatiku hingga ingin sekali aku kesana namun hingga saat ini belum kesampaian. Setiap kali kesana selalu saja gagal ada saja yang membuat rencanaku batal, dan kali ini, lagi – lagi gagal lagi, sedih deh. Aku hanya memiliki kesempatan sehari bertemu dengan Carla pada tanggal 1 Februari karena dia sudah harus kembali ke Sidoarjo tanggal 2. Eh mungkin belum takdirku ke Candi itu, di rumah saudara Carla ada acara pengajian dan Carla membatalkan rencana kami.
Finally, aku menginap di rumah Putri dan bermain ke rumah saudaraku yang lain yang ada di Jogjakarta juga. Putri mengajakku berkeliling Jogjakarta, tujuan awal kami ke Alun – Alun Kidul Jogjakarta yang tak jauh dari rumahnya. Disana ada pohon beringin yang sudah terkenal. Mitosnya jika menutup mata dari ujung dan berjalan kearah pohon beringin jika kita dapat berjalan lurus maka keinginan kita akan terkabul. Namun, aku tidak mencobanya karena menurut saya hal seperti itu sesuai pada keyakinan masing – masing. Kami hanya duduk menikmati ramainya Alun – Alun Kidul sambil menikmati wedang ronde khas Jogjakarta. Ini pertama kalinya aku menikmati wedang ronde, awalnya ragu karena kuah ronde terbuat dari jahe. Maklumlah saya tidak menyukai kuliner rasa pedas dan mint hehe. Tapi saat mencoba wedang ronde ini, rasanya hmmm cukup menggugah selera, saya suka dengan isinya yang beraneka ragam hanya tidak bisa menghabiskan kuahnya saja karena rasa mint.
Esoknya, saya diajak ke sandmor (Sunday Morning) di perbatasan jalan kampus UGM dan UNY. Namanya Sandmor karena memang hanya ada saat minggu pagi saja. Sandmor ini sejenis pasar kaget yang menjual beraneka ragam mulai dari makanan hingga pakaian. Malamnya sebenarnya saya sudah ada janji dengan teman kuliah saya Rosi yang berasal dari Jogjakarta. Namun sayang, waktu yang kami pilih ternyata diguyur hujan. Sayang sekali karena besoknya saya sudah harus berlanjut ke rumah nenek saya di Purworejo Jawa Tengah.
Sebelum ke rumah nenek saya, pagi hari saya diajak putri ke kampusnya di Universitas Gajah Mada.  Saya diajak keliling Universitas ternama ini dan wow kampusnya sangat besar dan terlihat seperti tidak ada ujungnya. Menurut saya ini lebih besar dari kampus ITS di Surabaya dan lebih besar dari kampus saya sendiri Unair jika tiga kampus dijadikan satu. Kampusnya seperti terpisah oleh jalan raya namun itu tetap milik UGM sendiri. Dijamin capek kalau lari keliling UGM hehe. UGM juga punya Rumah Sakit seperti Unair namun saat ini Rumah Sakit tersebut sudah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Jogjakarta. Rumah Sakit ini memiliki jembatan penghubung ke Fakultas Kedokteran UGM yang mempermudah Mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM jika menuntut ilmu di Rumah Sakit.
Sebelumnya saya sudah berjanji untuk menceritakan lalu lintas kota Jogjakarta yang sangat berbeda sekali dengan Surabaya. Saya benar – benar membuktikan kata – kata saudara saya yang mengatakan betapa tertibnya lalu lintas kota Jogja. Saya benar – benar tidak menjumpai pengendara yang berhenti di depan zebra cross saat lampu merah, sayapun juga tidak mendengar suara bising klakson seperti di Surabaya. Dan yang paling penting disini jauh dari kemacetan. Hanya beberapa titik dekat kompleks Kampus saja yang sering terjadi kemacetan. Meskipun Kota Besar, Jogjakarta ini masih kental dengan nuansa tradisional, tidak banyak gedung – gedung tinggi pencakar langit seperti yang dikatakan saudara saya ketika di Surabaya. Bangunan disini lebih kental dengan suasana tradisional meskipun sudah banyak juga yang sudah modern. Nama jalan disini juga masih menggunakan bahasa kejawen alias ke jawa jawaan yang notabene merupakan nama Keraton Jogjakarta yang tak jauh dari rumah saudara saya.
Lanjut siang harinya kami langsung berangkat ke rumah nenek kami di Desa Lubang Indangan, Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang merupakan tempat dimana saya dibesarkan. Dari Jogjakarta kami membutuhkan waktu dua jam untuk dapat sampai ke rumah nenek kami dengan mengendarai sepeda motor. Saya disambut gembira oleh kakek saya yang sudah menunggu sejak saya berangkat dari Sidoarjo. Sayapun menyempatkan bertemu dengan sahabat saya yang sudah menemani saya dari kecil hingga sekarang kami terpisah karena saya tinggal di sidoarjo. Namanya Erni, dia adalah sahabat sepanjang masa bagi saya. Pertemanan kami tidak putus meski saya sudah pindah ke Sidoarjo sejak kelas 2 SMP.
Tak banyak yang saya lakukan di tempat ini, ya saya hanya menikmati suasana pedesaan di tempat nenek saya tinggal dan mengunjungi saudara saya yang masih terjangkau oleh saya. Maklum disini saya tidak ada kendaraan untuk mondar – mandir. Dari Kotanya pun jauh. Saya menyempatkan ke Rumah Budhe saya yang tak jauh dari rumah nenek saya sebenarnya saya dan Putri ingin berkuliner siomay khas daerah sini yang rasanya tidak terkalahkan dengan siomay di sidoarjo. Siomay disini seperti pentol namun berukuran besar. Namun, sayang kami kurang beruntung, siomay langganan kami sedang tidak berjualan. Sayapun mengajak Putri ke rumah Budhe saya yang tak jauh dari tempat penjual siomay. Saya larut dengan cerita Budhe saya saat saya masih kecil dan turut di rawat Budhe saya dan selalu tidak ingin berpisah dengan beliau. Beliaupun merupakan salah satu orang yang berjasa dalam hidup saya saat saya tinggal di rumah nenek saya. Saya juga memiliki sepupu yaitu anak dari Budhe saya yangsewaktu kecil bergantian saya yang ngemong sampai tidak mau ditinggal oleh saya. Persis seperti saya dan ibunya dulu. Namun, sejak saya pindah di Sidoarjo usianya sekitar 3 tahun dia sudah mulai lupa dengan saya dan setiap bertemu selalu malu dan tak seperti dulu lagi. Sekarang dia sudah duduk di bangku kelas 4 SD.
Disini yang tak pernah terlupakan adalah kali / sungai di dekat rumah nenek saya yang sampai saat inipun saya tidak mengetahui namanya. Dulunya kali ini airnya jernih pemandangannya bagus. Masih terlihat hitamnya pasir saat menyeberanginya. Dari tanggul Nampak pemandangan gunung – gunung yang berjajar, apalagi saat pagi dan sore hari menambah indahnya pemandangan Kali ini. Bagi yang mengetahui legenda tangkuban perahu, gunungnyapun terlihat dari tanggul yang mengapit Kali ini. Kali ini diapit dua tanggul, tanggul sebelah timur membatasi Kali dengan pemukiman penduduk dan sebelum pemukiman ada sebuah Kali kecil yang memperindah pemandangan Desa ini. Di sebelah barat, tanggul membatasi Kali dengan sawah penduduk yang luasnya sangat luas sekali dan sayapun belum pernah mengukurnya hehe. Sebelum sawah juga dibatasi dengan Kali kecil sama seperti pemukiman penduduk. Disana banyak sawah nenek kami dan warga setempat, namun kakek dan nenek saya sudah tidak pernah mengurus sawahnya lagi karena usianya sudah sepuh. Sawahnya di buruhkan ke orang lain untuk mengurusnya. Sayangnya Putri, pulang terlebih dahulu meninggalkan saya di rumah nenek atau yang sering saya panggil simbah.
Terlalu banyak kenangan di Desa ini, banyak yang sudah berubah dari Desa ini. Dulu waktu saya kecil, anak – anak seusia saya masih banyak disana sini bermain berbagai permainan tradisional. Namun saat ini sudah sepi tak lagi seperti dulu. Kawan – kawan saya yang masih sering berjumpa hanya Erni saja karena yang lain sudah merantau keluar dari Desa ini. Erni sendiri juga kuliah di Jogjakarta namun masih sering pulang ke rumah. Di desa ini tinggal orang tua – tua saja, sepertinya generasi penerusnya sudah merantau mengais rejeki di kota – kota besar sana. Teman – teman seusia sayapun disini sudah banyak yang menikah dan memiliki anak. Padahal saya rasa usia saya yang akan menginjak 20 tahun ini saya masih seperti anak remaja yang masih belum bisa hidup mandiri mengurus rumah tangga. Saya masih menikmati masa – masa remaja saya dengan menuntut ilmu dan bermain dengan teman – teman saya.
Semoga kedepan Desa tempat saya dibesarkan ini dapat semakin maju dan simbah saya juga dapat diberi keberkahan usia yang panjang dan kesehatan sehingga dapat melihat cucu cucunya besar dan menjadi orang yang berhasil serta membanggakan hingga saya dapat membalas budi baik beliau yang telah membesarkan saya dari bayi.
Sayangnya, saya tidak bisa ke rumah nenek saya yang satunya yang tinggal di daerah pegunungan di Desa Kali Jering Kecamatan Pituruh yang pemandangan alamnya lebih luar biasa lagi. Kalau teman – teman memandang mendaki gunung adalah hal yang luar biasa, bagi saya itu biasa saja karena setiap tahun saat lebaran tiba saya dan keluarga selalu mendaki gunung dengan jarak sekitar 3 km dengan berjalan kaki ke rumah nenek saya tersebut. Lelahnya jangan ditanya namun pemandangan disana sungguh mengagumkan. Semoga pemerintah semakin memperhatikan desa – desa pelosok seperti Desa nenek saya di puncak gunung Kali Jering sana.
Tidak terasa dua minggu ini saya lewati dengan berlibur dibeberapa kota dari Jawa Timur, Jawa Tengah hingga pulau Madura. Saatnya saya kembali menikmati libur saya di rumah dengan beberapa pekerjaan yang sudah menanti. Sampai jumpa di liburan berikutnya J



indahnya sunset di kali dekat rumah nenekku

kebun di dekat kali

tanggul 

kali kecil yang membatasi tanggul dengan rumah penduduk



Rabu, 04 Februari 2015

Happy Holiday Part 2

Bertemu lagi dengan liburan hari ke dua, kali ini agenda kami adalah ke Kota Apel yaitu Kota Malang yang memang sudah terkenal dengan eksotika tempat wisata dengan berbagai macam penawaran wisata yang dijamin nggak akan bikin bosen kalau datang kesana dan selalu ingin lagi dan lagi kesana, karena rasanya nggak habis – habis wisata yang bisa dikunjingi disana. Kali ini agenda kami adalah ke Museum Angkut. Sayangnya yang ikut ke Malang hanya berempat, Saya, Aldini, Putri (Hana) dan Sita karena yang lain memiliki agendanya masing – masing.
            Dari rumah Saya di Sidoarjo kami naik kereta penataran, harga tiketnya hanya Rp. 5.500,- saja. Sekedar informasi kami berempat ke Malang dengan bonek alias bondo nekat. Bagaimana tidak nekat, dari kami tidak ada yang tau jalan menuju tempat wisata yang akan kami tuju. Awalnya kami berencana ke Museum Angkut dan Selecta. Kami browsing angkutan umum dari stasiun Kota Baru Malang ke dua tempat tersebut. Hingga pada akhirnya, kami cukup beruntung bertemu dengan seorang mahasiswa Universitas Brawijaya dan mau berbagi pengetahuan tentang transportasi yang dapat kami gunakan ke dua tempat tersebut. Dari informasi kakak tadi kami akhirnya menyewa sepeda motor yang kontaknya kami dapatkan dari internet.
            Dari stasiun Kota Baru Malang kami naik angkot ADL ke tempat penyewaan sepeda motor yang sudah diberitahu alamatnya oleh pemilik rental. Naik angkot ke tempat rental biayanya Rp. 4.000,- / orang. Kamipun sampai ke tempat rental sepeda motor. Dari jalan raya kami masuk gang kurang lebih 100 meter untuk dapat sampai ke tempat rental. Harga penyewaan sepeda motor untuk mahasiswa luar Malang sebenarnya kisaran Rp. 60.000,-/ sepeda motor. Namun karena kami menyewa dari siang hingga sore hari alias setengah hari kami mendapat sepeda motor yang harga sebenarnya Rp. 70.000,- kami mendapat harga Rp. 50.000,-/ sepeda motor. Kami menyewa 2 sepeda motor untuk 4 orang dengan batas waktu hingga pukul 18.00 wib hanya dengan meninggalkan 2 KTP dan 2 KTM. Dengan petunjuk dari pemilik rental kamipun sampai di Museum Angkut karena jalannya cukup mudah. Dari tempat rental ke museum angkut membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Enaknya jalanan di Malang bebas macet.
            Yeeey akhirnya sampai juga di Museum Angkut. Baru sampai depannya saja kami sudah dimanjakan dengan desain budaya Indonesia yang ditengah – tengahnya didesain seperti sungai dan dikelilingi berbagai Kota di Indonesia. Sebelum masuk Museum kami menyempatkan diri intuk ishoma terlebih dahulu. Karena dikejar waktu kami segera masuk ke Museum. Tiket masuk Museum ini Rp. 50.000,- / orang. Jika ingin satu paket dengan museum D’topeng cukup menambah Rp.10.000,- saja. Sayangnya disini kamera tidak gratis. Dikenakan biaya Rp 30.000,-/ kamera jika ingin membawanya masuk.


depan kerajaan inggris

depan kerajaan inggris

wajah indonesia


di eropa

suasana eropa



         







    Namun segala kelelahan dan perjuangan kami untuk sampai ditempat inipun terbayar sudah dengan isi Museum Angkut yang menrut saya sangat tidak mengecewakan. Di dalam museum terdapat berbagai kendaraan mulai dari sepeda ontel hingga mobil jaman dulu yang jarang kita temui saat ini, yang lebih menarik hati saya, masuk di Museum ini serasa keliling Dunia. Di dalamnya terdapat berbagai miniatur Kota mulai di Indonesia hingga Eropa. Luar biasa hingga kami lupa waktu, padahal rencana jam 3 sore sudah harus keluar dari tempat ini namun kami baru bisa menyelesaikan keliling Museum hingga jam 5 sore. Rencana kami ke Selectapun harus batal. Kamipun istirahat dan solat setelah lelah berkeliling Museum. Setelah itu, kamipun langsung kembali ke tempat penyewaan motor dan tepat waktu mengembalikan motornya.



            Lanjut balik ke stasiun kami naik angkot ADL seperti saat berangkat. Sampai depan stasiun kamipun beristirahat solat dan melepas rasa lapar sambil menunggu kereta kami yang berangkat pukul 8 malam dan sampai di rumah di sidoarjo jam 10 malam. Cukup melelahkan namun menambah pengalaman baru bagi kami.
            Meski lelah, kami masih punya agenda esok hari yaitu ke pulau garam Madura dan ke Museum House of Sampoerna.
Dari rumah saya, kami harus berangkat jam 6 pagi. Kami sudah membuat janji bertemu dengan teman – teman yang lain di depan gerbang tol Suramadu. Jembatan terpanjang di Asia yang panjangnya saya tidak sempat mengukur hehe. . Oh iya, anggota kami bertambah satu orang, namanya Nisa dia adalah saudara Magita dari Palembang. Setelah berfoto di tepi pantai kamipun langsung berangkat ke Bangkalan menyeberangi jembatan Suramadu. Untuk sepeda motor dikenakan biaya tol Rp. 3.000,-/ sepeda motor. Sebenarnya tidak boleh berhenti di tengah jembatan. Namun, kami juga ingin mengabadikan moment diatas jembatan ini. Teman – teman jangan ditiru ya hehe.
jembatan suramadu dari dekat

mercusuar

            Dari jembatan kami menuju ke sebuah mercusuar peninggalan Belanda perjalanan kami cukup jauh membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam, luar biasa lelahnya. Masuk ke tempat ini dikenakan biaya masuk Rp. 2.000,-/ motor dan biaya kebersihan mercusuar Rp. 4.000,-/orang. Menara ini memiliki 16 lantai. Kebayang kan betapa lelahnya harus menaiki tangga 16 lantai yang tangganya juga cukup menakutkan. Namun lelah kami terbayar dengan pemandangan luar biasa yang dapat kami lihat dari puncak mercusuar. Kita dapat melihat eksotisme laut Madura dan kapal – kapal yang sedang berlayar di lautan. Karena waktu kami terbatas, kami harus kembali saat pukul setengah sebelas tiba karena kami harus sampai di Museum House of Sampurna pukul 12.00 wib jika ingin menikmati bus SHT. Kamipun kembali ke Surabaya dengan menaiki veri agar memiliki sensasi yang berbeda dengan saat berangkat, selain itu juga karena lebih cepat jadi kami lebih menghemat waktu. Naik veri dikenakan biaya Rp. 7.000,-/ sepeda motor dan Rp. 5.000,- untuk penumpangnya.

            Kamipun sampai di Surabaya. Bus SHT kami berangkat pukul 13.00 wib jadi kami masih memiliki waktu untuk solat terlebih dahulu. Dengan SHT kita bisa keliling Surabaya dengan rute yang telah ditentukan pihak pengelola kami juga memiliki tour guide yang menjelaskan setiap jalan yang kami lewati. Kami memiliki waktu satu jam  untuk berkeliling. Kali ini kami mengunjungi salah satu klenteng tertua di Surabaya yang saya lupa namanya dan Museum Bank Mandiri, kami ditemani salah satu turis asing asal jerman yang namanya saya lupa karena sulit diucapkan hehe. Ternyata Surabaya memiliki sejarah yang luar biasa dan dihuni oleh beberapa etnis mulai dari Jawa, Jepang, Belanda, Cina dan Arab. Selama ini saya sering menyusuri jalan ini namun tidak pernah tau sejarah KotaTua ini. Pengetahuan luar biasa tentang kota tempat saya menuntut ilmu ini.
            Selesai dari Museum House of Sampoerna kami mengisi perut di salah satu tempat goregan namanya goreng girang. Disana menjual pisang goreng dengan toping beraneka ragam membuat pisang goreng naik kasta dan tempat ini juga sudah terkenal bahkan sampai diliput oleh salah satu stasiun TV Nasional. Harganya cukup sebanding dengan rasanya Rp. 10.000,- dan Rp. 15.000,-/ porsi isi 6 pisang goreng bisa memilih dengan berbagai rasa. Selesai dari sini Surabaya diguyur hujan dan banjir, seperti inilah Surabaya. Kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Nuruzzaman Unair untuk menunaikan Solat Ashar. Hujan membuat malas untuk melanjutkan perjalanan namun kami menyempatkan diri ke belakang Monument Kapal Selam untuk sekedar berfoto dengan Icont Surabaya yaitu patung ikan dan buaya.

            Go Surabaya Kota Pahlawan, Kota yang menyimpan banyak sekali sejarahnya. Dan kini sudah menjadi kota metropolitan, semoga Surabaya kedepannya lebih luar biasa lagi dalam tata ruang kotanya dan tidak pernah melupakan sejarahnya. Sampai jumpa liburan berikutnya J

Minggu, 01 Februari 2015

happy holiday (bolang in frame)

        selamat datang februari. selamat datang bulan yang kata orang penuh dengan kasih sayang. kali ini saya hadir dengan liburan luar biasa dibeberapa kota. pertamakalinya liburan beruntun seperti ini. ceritanya mulai dari saudaraku dari jogja yang ingin berlibur di jawa timur. akhirnya saya mengajak teman saya yang menurut saya mengerti daerah - daerah wisata di surabaya, ya saya mengajak teman saya lyntar dan ketika membicarakan liburan di depan teman - teman kuliah yang lain mereka juga tertarik untuk berlibur bersama. di hari pertama saya turut mengajak renny yang rumahnya satu kota dengan saya dan juga qory teman SMA saya.
       tujuan pertama, yang sudah tidak asing ditelinga. surabaya adalah kota pahlawan jadi aku mengajak saudara saya putri (hana) dan temannya dari jogja sita bernapak tilas sejarah kota tempatku menuntut ilmu ini yaitu tugu pahlawan. bagi yang ingin ke tugu pahlawan ini tidak perlu khawatir,tiket untuk masuk musiumnya cukup terjangkau yaitu lima ribu rupiah saja atau jika tidak ingin masuk musium berfoto di pelataran tugu pahlawan saja sudah cukup indah. di dalam musium tentunya banyak menggambarkan sejarah kota surabaya dengan cara yang berbeda - beda, ada dengan media patung, relief, diorama bahkan gambar - gambar tiga dimensi yang dilengkapi dengan suara ala - ala jaman doeloe. 
        
kami bersembilan

dari kanan saya, putri (hana) dan sita

di halaman depan tugu pahlawan

     next lokasi, tidak jauh dari tugu pahlawan kamimenuju musium kesehatan karena kami sebagian besar adalah mahasiswa kesehatan. sebelum ke musium kesehatan kami beristirahat, solat dan mengisi perut sejenak, sayangnya kami kehilangan 1 personil yaitu nina yang harus pamit karena harus menjemput adiknya. lanjut ke musium kesehatan, cukup mengesankan namun sayang musium ini terkesan sepi pengunjung. wisatawan jarang meminati musium ini. mungkin karena memang jaman sudah berubah, anak - anak lebih senang jalan - jalan di mall daripada berwisata sejarah seperti ini apalagi seperti kota besar surabaya ini yang disana sini isinya mall sampai membuat saudara saya terheran - heran dengan banyaknya gedung pencakar langit di surabaya, katanya sangat berbeda sekali dengan jogjakarta yang pembangunan gedung - gedung seperti itu mulai dibatasi, kembali ke musium kesehatan, saya akui memang nuansa horor terasa di tempat ini mungkin karena sepi dan barang - barang yang ada didalamnya cukup asing. yang lebih membuat kami terasa aneh tiket parkir disini lebih mahal daripada tiket masuk musiumnya. untuk 1 sepeda motor dikenakan tarif parkir duaribu rupiah dan untuk tiket masuk musium dikenakan biaya seribu lima ratus rupiah. yang tak ketinggalan pegawai hingga satpam disini cukup peramah, bahkan ada salah satu pegawai yang mau menemani kami dan sedikit bercerita tentang barang - barang yang ada didalam musium


pintu masuk musium kesehatan

salah satu koleksi musium : mentri kesehatan indonesia dari tahun ke tahun
      selesai dari musium kesehatan, lanjut lokasi yang ditunggu - tunggu: hutan mangrove surabaya. setelah kehilangan satu personil, ketika  ke mangrove personil kami kembali bertambah. yap, namanya magita teman kampus kami, dia baru dari madura jadi baru bergabung di lokasi terakhir. magita adalah yang akan menjadi tour guide dihari ketiga liburan kami. dia akan mengajak kami ke pulau garam madura (yang akan saya ceritakan pada part ke 3). ada kejadian saat menuju mangrove, kami sempat terpisah dengan renny dan sita beruntung kami bisa bertemu dijaan dekan dermaga. kamipun melanjutkan kedalam wisata mangrove. pemandangan yang indah cukup membuat kami puas dengan wisata penutup di hari pertama ini. ternyata dibalik panasnya surabaya ada juga tempat wisata alam seindah ini. ini merupakan aset luar biasa bagi surabaya. namun sayangnya kami teralu sore sampai ke tempat ini sehingga tujuan kami untuk mengarungi sungai menuju pantai dengan perahu gagal karena tempat penyewaan perahu sudah tutup. kami harus puas dengan berfoto diatas perahu yang sedang bersandar dibibir sungai. tak apa lah pemandangan hutan mangrove cukup memanjakan mata. semoga bisa kesana lagi dan bisa naik perahu.







    sore hari cuaca di surabaya memang tidak bersahabat. kamipun memutuskan untuk pulang ketika langit mulai gelap dengan gumpalan gumpalan awan berwarna hitam dan suara gemuruh dari langit mulai menggelegar. sekedar cerita tentang situasi kota surabaya. ada yang patut dibanggakan dari wisata wisata di surabaya namun adapula yang membuat surabaya kurang diminati karena keadaan alam maupun warganya.
     saudara saya putri (hana) dan temannya sita yang berasal dari kota gudeg jogjakarta cukup kaget dengan situasi di surabaya. yang pertama baru keluar dari daerah rumah saya yang berlokasi di kota sidoarjo mereka langsung berkomentar bahwa ternyata jalanan kota ini macet padahal bagi kami orang sidoarjo suasana jalan pada saat itu adalah rame lancar karena belum merasakan naik motor serasa berjalan kaki bila tiba di surabaya saat jam berangkat kerja dan jam pulang kerja. kedua, surabaya dan sekitarnya memang memiliki cuaca yang cukup panas, bukan cukup sih tapi memang panas dan dipadati dengan asap kendaraan yang memadati jalanan. ketiga, banyaknya mall, hotel dan gedung pencakar langit di surabaya membuat surabaya semakin terlihat menjadi kota metropolitan setelah ibu kota jakarta dan jauh seperti di jogja yang katanya pembangunan gedung tinggi seperti itu mulai dibatasi. keempat, dalam panasnya surabaya di musim hujan ini ketika sore hari kota pahlawan ini selalu diguyur hujan, sedihnya sekali diguyur hujan pasti akan datang banjir yang akan surut dipagi harinya dan kembali banjir saat hujan turun di sore hari. terakhir, budaya yang tidak patut dicontoh, mereka benar - benar terheran - heran dengan lalu lintas kota surabaya, ditengah kemacetan banyak motor dan mobil yang seringkali tidak ramah dengan berkali - kali membunyikan klakson sampai - sampai saudara saya bilang terlalu lama di kota ini membuat telinganya sakit mendengan kendaraan membunyikan klaksonnya selain itu ketika di lampu merah, orang surabaya terkesan brutal alias tidak tau aturan. mereka selalu berhenti di depan zebra cross yang logikanya tidak akan melihat apakah lampuya sudah hijau atau belum, selain itu juga membahayakan lalu lintas dari jalur lain dan juga ketika lampu merah masih menyala kurang beberapa detik kendaraan bermotor itu sudah ngluyur saja meski lampu belum hijau. kata saudara saya lagi, itu sangat jauh berbeda dengan jogjakarta yang tertib dalam berlalu lintas, saat ini saya sudah membuktikannya dengan menyusuri jalanan kota jogjakarta yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan surabaya (akan saya ceritakan part selanjutnya).
      ini adalah perjalanan liburan hari pertama, thanks to teman - teman yang bersedia menemani liburan di hari pertama. sampai jumpa di liburan hari berikutnya, happy holiday :)







Jumat, 02 Januari 2015

Kenangan Ini Milikku


Seminggu ini aku berada dalam kebosanan menikmati libur Natal dan Tahun Baruku yang aku isi dengan belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujianku yang sudah didepan mata. Hari ini seharusnya aku ada praktikum yang belum terlaksana sebelum libur menjelang. Tapi, seperti biasa lagi – lagi dosen membatalkan praktikumku.
Siang itu, cuaca di kotaku cukup menyejukkan, biasanya sore hari akan diguyur hujan. Hujan menjadi sangat istimewa karena cuaca di kota ini yang biasanya begitu terik. Karena sudah terlanjur ganti baju aku memutuskan untuk jalan – jalan. Aku sudah lama tidak jalan – jalan di kota ini karena sibuk kuliah di Luar Kota. Aku memutuskan untuk jalan – jalan di salah satu pusat perbelanjaan di kota lumpur ini.
Libur Natal dan Tahun Baru ini membuat berbagai toko berlomba – lomba memberi diskon besar – besaran apalagi di mall sebesar ini. Baru saja masuk mataku langsung dimanjakan oleh berbagai merk baju dan sepatu yang bertuliskan diskon mulai dari sepuluh persen hingga lima puluh plus empat puluh persen ditambah gratis voucher lima puluh ribu disetiap pembelian. Bagai burung yang baru keluar dari sangkarnya, ini benar – benar cuci mata bagiku. Belanja memang bagai surga dunia untuk perempuan apalagi dimanjakan dengan diskon besar – besaran.
Sayangnya, aku belum tertarik untuk membeli salah satu barang di tempat itu. Aku melanjutkan langkah kaki memutari sudut demi sudut pusat perbelanjaan ini. Hampir seluruh tempat yang menarik hatiku sudah ku kunjungi. Entah mengapa pikiran dan langkah kakiku seiring sejalan membawaku singgah ke sebuah toko buku didalam pusat perbelanjaan ini. Aku tak tau apa yang menjadi daya tarik dari toko buku itu, padahal aku sedang tidak ingin membeli buku apapun atau pernak – pernik toko buku lainnya.
Mataku melihat sana – sini mencoba mencari sesuatu yang menarik hatiku. Tiba – tiba aku teringat bahwa diakhir minggu ini ada ulang tahun salah satu Unit kegiatan Mahasiswa yang aku ikuti di kampus, dalam acara itu semua wajib membawa sebuah kado.
“Kenapa tidak sekalian aku membeli kadonya, mumpung ada disini”. Gumamku dalam hati. “Kalau beli disini kan barang – barangnya juga bermanfaat”. Sambungku.
Aku mulai memilih – milih kado apa yang akan aku beli. Kubuka satu persatu barang – barang yang berjajar di etalase toko. Satu persatu aku jelajahi barang – barang dengan berbagai motif yang menarik hatiku. Ketika asik memilih tiba – tiba dari jauh ada yang ganjil dimataku. Ada sesuatu yang begitu familiar dipikiranku. Langkah kakiku membawa tubuh semampaiku mendekati benda itu. Benda itu adalah sebuah kotak kado. Tentu tak ada yang menarik mendengar kata “kotak kado” tetapi bukan itu yang menarik langkahku menghampirinya. Ada yang lebih menarik dari sekedar kotak kado, namun motif dari kotak kado itulah yang menarik bagiku.
“ Motif ini…”.
 Kotak kado itu bermotif hati dan bertuliskan “love” berwarna coklat yang bergradasi indah. Motif itulah yang berhasil membuat pikiranku singgah dalam sebuah peristiwa. Ada sebuah peristiwa besar dari motif itu.
Hari ini adalah hari terakhirku bersama teman – temanku ditempat ini, tentunya menjadi hari terakhirnya pula. Ada sesuatu yang memang sudah aku persiapkan sebelumnya. Tempat ini memang luar biasa. Menjadi tempat pertemuan kita, tempat yang menyatukan kita dan banyak cerita yang kita lahirkan di tempat ini, tempat inipun yang menjadi saksi setiap lika – liku  perjalanan kita dan nantinya aku akan membuat sebuah keputusan besar bahwa tempat ini menjadi tempat yang memisahkan kita dan menjadi tempat terakhir dari cerita yang selama ini kita torehkan.
“ Aku nggak ulang tahun hari ini”.
Aku terus menyodorkan tas coklat bergambar nada – nada musik yang indah. Terus memberanikan diri meski tanganku sudah mulai gemetar sejak tadi. Memaksanya menerima hadiah itu meski hari ini bukan hari ulang tahunnya.
Dia menerima tas itu dan berusaha membukanya, namun berhasil aku gagalkan karena aku memintanya untuk membukan kado itu di rumah dan membukanya sendiri.
Tanpa sepengetahuanku dia telah membuka kado itu di tempat ini juga. Dia membuka tas berisi sebuah buku bersampul kertas kado bermotif hati itu. Dia membaca bait demi bait dari tulisan yang ada didalam buku itu.
Aku memang sengaja menulisnya, sejarah perjalanan kami selama ini. Ada hal yang ingin aku ungkapkan disana. Ini memang moment yang tepat. Di tempat ini kita dipertemukan dan dipersatukan dan ditempat ini pula kami harus mengakhiri segalanya.
Aku harap dia mengerti maksudku.
“ Lalu, apa yang harus aku lakukan?”.
Ada sebuah penyesalan di raut wajahnya. Terlihat sebuah beban yang begitu berat tergambar dalam dirinya sambil sesekali memandangku seperti ada sesuatu yang ingin ia pastikan dariku.
“Apa aku harus mutusin dia?”. Sambungnya pendek.
Aku melempar senyum pada laki – laki bertubuh tinggi itu.
“Tidak. Aku memberikanmu itu bukan untuk memisahkan kalian dan bukan untuk memintamu kembali padaku”. Jelasku padanya.
“Iya aku sudah membaca semuanya, semua sudah kamu ungkapkan disana”. Dia menganggukkan kepalanya.
Arian nama laki – laki yang berhasil menarik hatiku selama dua tahun ini. Dia mengajakku duduk, bukan karena lelah berdiri tetapi lebih karena mati gaya dalam situasi seperti ini. Selama ini kita memang hampir tidak pernah terjebak dalam suasana kalut dan menegangkan seperti ini. Akupun mengikuti ajaknnya.
“Dita…”. Dia memanggil namaku pelan setelah lama kita saling diam dalam kekakuan bibir kami untuk sekedar mengucapkan sepatah dua patah kata.
“Ya..”. jawabku singkat.
Rasanya pikiran ini juga begitu keras berpikir menyusun kata – kata yang harus diucapkan. Padahal aku sudah menyiapkan semuanya jauh – jauh hari karena aku yakin dia akan mengajakku membicarakan ini dan kami akan terjebak dalam situasi yang sulit ini. Aku sudah menyiapkan jauh – jauh hari tentang bagaimana harus menghadapinya dalam situasi seperti ini, tentang apa saja yang akan kukatakan padanya untuk memperjelas segala maksudku dan akupun sudah mempersiapkan mental untuk menerima segala apapun keputusan yang akan kami ambil meski dalam keputusan terburuk sekalipun. Namun semua hilang saat tubuhku harus berhadapan dengannya. Situasi seperti ini merusak segala persiapan yang telah aku lakukan.
Arian menggenggam telapak tanganku kuat – kuat. Tangannya begitu dingin menjalar ke telapak tanganku.
Aku memandangnya lekat – lekat. Terlihat matanya mulai memerah, ada rintik kecil dibalik kacamata minusnya. Aku menghindarkan diri dari pandangannya karena takut air mataku jatuh melihat matanya yang mulai berkaca – kaca.
“Aku sayang kamu Dita”
Dia memulai pembicaraan kami lagi setelah aku lama diam tak mampu menggerakkan bibirku barang sebentar saja.
“Aku tau”.
Aku berusaha melempar senyum dalam kesakitan batin yang dalam.
“Tapi sekarang sudah bukan saatnya”. Sambungku.
Dia memang selalu begitu, hanya ketika dalam keadaan terdesak seperti ini saja dia mengatakan rasa sayangnya, aku tau dia tak pernah tega melihat aku menangis ataupun terlihat bersedih meski terkadang dia tidak memahami bahwa kebanyakan tangisku disebabkan karena Dia. Aku paham hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan. Mengapa rasa cintaku begitu besar kuberikan pada orang yang setia membuatku menangis.
Cinta yang tulus tidak membutuhkan sedikitpun alasan untuk kuberikan. Semua mengalir begitu saja tak ada yang memaksakan. Tidak memilah status sosial orang tersebut. Cinta tetap saja tentang rasa. Rasa yang tak pernah kita tau dimana dia akan singgah. Yang pasti rasa itu akan singgah didalam hati pilihan Tuhan. Bukankah rasa kasih itu hadirnya karena Tuhan yang menganugerahkan dan Tuhan yang memilihkan. Kita tak pernah tau akan takdir Tuhan yang begitu luar bisa untuk mempertemukan sepasang anak manusia untuk saling jatuh cinta.
Aku rasa dia mulai mengerti dengan maksudku. Aku dan dia bersama janji – janji yang kami utarakan satu sama lain. Aku berusaha memahami cintanya pada Nasya, perempuan yang tak jauh dari kehidupanku bahkan sebenarnya takdir sudah mempertemukan kami sejak kami baru dilahirkan. Nasya adalah tetanggaku ketika kami masih menjadi bayi putih tak mengenal dunia, hanya saja kami tak pernah saling mengenal sebelumnya karena ketika masih bayi aku ikut tinggal bersama dengan nenekku di luar kota dan kemudian pindah ke rumah yang aku tinggali sekarang ini bersama dengan orang tua dan saudara – saudaraku.
 Akupun melihat bagaimana Dia  berusaha memahami rasa cintaku padanya dan bagaimana dia membalas rasa cintaku. Aku tak pernah memaksakan apapun. Apapun tentang hubungan kami. Aku mengikuti alur cerita yang menjadi inginnya. Aku tak ingin ia menyakiti Nasya seperti yang pernah ia lakukan padaku.
“Tapi kita tetep berteman kan Dit?”.
Arian seakan tak ingin kehilanganku sepenuhnya. Aku berusaha menanggapinya dengan positif.
“Iya pasti, tapi semua perlu proses”.
Dia tersenyum mendengar jawabanku.
Aku berusaha mencairkan suasana dengan obrolan ringan seputar cerita – cerita lucu yang pernah kita lalui. Diapun berusaha mengalihkan pembicaraan dengan membuka pembicaraan tentang ujian yang akan menyambut kita tahun depan bersama dengan cita – cita kami setelah lulus dari tempat ini. Kamipun bersalaman tanda damai dalam keadaan sulit ini.
Setiap masa memiliki sejarahnya dan setiap hati memiliki pilihannya.
Seperti sejarahku bersamanya yang slalu ada dalam kenangan dan pilihan hati kami untuk menjalani hidup masing – masing. Singkat saja kesimpulannya. Mungkin kami belum berjodoh.
Aku percaya takdir Tuhan tak pernah keliru. Perpisahan ini adalah jalan terbaik pilihan Tuhan yang ditakdirkan pada kami. Aku dan dia layak mendapatkan pendamping ideal pilihan kami masing – masing. Tentunya yang terbaik untuk kami.
“Ah apa yang aku pikirkan”. Gerutuku sambil mengusap air mata yang berhasil menetes riang diwajahku.
Waktu menyadarkanku bahwa aku sudah terlalu lama ditempat ini bersama apa yang aku pikirkan sejak tadi. Aku harus segera pulang dan kembali menyiapkan diri untuk ujian esok pagi. Akupun mengambil barang yang kupilih untuk kado ulang tahun di Unit Kegiatan Mahasiswa yang harus kubawa akhir minggu ini dan membayarnya di kasir.
Aku mulai melangkahkan kakiku keluar dari toko dan pusat perbelanjaan ini dengan perasaan bercampur – campur. Ada kegetiran dalam diriku mengingat kotak kado yang kutemui tadi. Ada seberkas kenangan darinya. Dulu aku membeli kertas kado itu juga di tempat ini, tempat yang sama dengan apa yang aku jumpai saat ini. Kotak kado itu berhasil menggugah setiap kenangan yang telah terkubur dalam di hidupku.
Sebentar lagi tahun akan berganti begitupula denganmu yang akan mengganti batang usiamu, aku yakin pasti kini kau semakin dewasa, aku yakin kamu semakin menjadi laki – laki yang baik, bukan hanya baik untukmu tetapi juga baik untuk orang disekelilingmu. Aku yakin kamu masih lurus dengan segala cita – citamu yang pernah kita angankan bersama. Namun, tak ada sedikitpun pikiran untuk memberimu sedikit ucapan selamat hanya doa dari jauh yang kutujukan untukmu. Ini adalah hari ketiga ditahun ini untuk yang kedua kalinya kita tak lagi bersama. Aku masih mengingat janjiku yang sedang berusaha aku tepati. Selama ini aku memang sengaja mendelete-mu dari kontak BBMku, menghapus nomor teleponmu dari kontak ponselku, tidak menerima permintaan linemu, menghapus pertemanan di facebook dan twitterku.
Bukan karena benci. Aku tak pernah sedikitpun membenci Arian. Harus dipahami menghilangkan bayangannya sungguh sangat tidak mudah apalagi jika kita masih bertemu meski hanya sekedar di dunia maya. Namun sesuatu yang tidak nyata itu justru membuat semakin tergugahnya kenangan – kenangan masa lalu. Meski tak selalu masa lalu itu buruk, ada sesuatu yang memang harus dipahami bahwa tak semua yang kita pikirkan sejalan dengan kenyataan meski semua telah tersusun dan tergambar dengan rapi, Tuhan selalu memiliki jalannya yang jauh lebih indah.
Kamu memang bukan milikku. Sungguh aku sudah tak mengharapkanmu untuk kembali.  Tapi kenangan ini adalah milikku, yang menjadi cerita dalam hidupku dan berhak untuk kukenang kapanpun dan dimanapun hingga akhir masaku.